Selasa, 24 Juni 2014

Pangeran Bintang *4



Selamat malam pangeran bintang. Banyak hal yang selalu aku ungkapkan untukmu. Entah itu cerita gembira, bahagia atau sedih. Rasanya selalu dan selalu ingin selalu aku ingin ceritakan langsung padamu. Tapi apa daya, jadi hanya sehalus angin yang menyapaku setiap hari aku berbicara dengannya.
 
Sebelum datang senja aku bersama dengan teman-temanku kesebuah pernikahan teman sekelas. Rasanya sungguh bahagia melihat orang bahagia, apalagi kalau kita sebagai pelaku bahagia. Sungguh kata bahagia tidak cukup untuk menggambarkan rasa itu. Tahun ini begitu banyak undangan pernikahan bahkan satu minggu ada dua undangan pernikahan. Sempat aku disindir sama bapak, pangeran. Hobi amat kemantenan hahaaa rasanya sungguh geli mendengar kata-kata itu, sungguh lucu. Bahkan banyak pertanyaan teman-teman kepadaku, kapan aku menyusul mereka. Dengan ciri yang khas aku tunjukan yaitu dengan kecerian yang membuat senyum semua orang aku selalu menjawab doakan saja cepat menyusul. Padahal kau tahu pangeran bintang, bahkan aku tidak tahu siapa jodohku. Entah denganmu, atau dengan yang lain. Tapi sungguh dari lubuk yang paling dalam aku hanya ingin bersamamu. Semoga Alloh meridhoi.

Subhanalloh, itu kata yang aku ucapkan ketika teman-temanku menceritakan bagaimana mereka bisa bertemu dengan pasangannya. Ternyata sungguh indah pertemuan yang diridhoi Alloh. Dan sungguh menajubkan cara Alloh mempertemukan sepasang insan manusia. Bagaimana kita tidak bersyukur dengan hal itu. Jadi teringat surat Ar Rahmaan “maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"

Pangeran bintang, setiap malam rasa rindu ini semakin memuncak. Dengan menulis mungkin bisa meredakan rasa rindu itu. Bahkan dengan kekuatan rindu sebuah kertas putih terdapat tulisan-tulisan yang terangkai dengan indah. Seperti ayat-ayat yang kau tulis. Kau tahu pangeran bintang, untuk mengusir rasa rindu ini aku sering membaca kisah-kisah orang agar aku termotivasi bahwa rindu itu tidak harus diungkapkan langsung.

Sepatutnya aku harus mengatakan ini, walau sebenarnya aku tidak ingin membicarakan ini. Pangeran bintang, sampai waktunya datang aku tidak akan bisa berhenti menulis tentangmu entah itu bagaimana kondisinya. Seperti diawal kita tidak tahu siapa jodoh kita karena semua sudah tertulis di lauhul Mahfudz. Tapi disetiap doa namamu sengaja atau tidak sengaja selalu aku ucapkan. Pangeran bintang, aku tidak tahu akhir kisah cerita ini. Entah akhirnya aku bisa bersamamu dan benar ternyata kau jodohku atau akhir cerita ini aku tidak bersamamu. Aku berharap aku bisa menulis dan mengakhiri kisah ini dengan indah. Berharap kau bisa disisiku menemaniku dan memberikan tuntunan kepadaku untuk mendapatkan ridhoNya dan bersamamu selamanya. Jika itu hanya mimpi semoga itu menjadi nyata. Aaamiin..

Bukankah seorang laki-laki yang akan menjadi imam selalu mencari istri yang sholehah yang sama dengannya. Kalau tidak bukankah seorang laki-laki mencari seorang istri yang bisa dipimpin dan dibimbing menuju jalan Alloh dan bisa bersama didunia dan akhirat. Dan kau pangeran bintang? Aku mengakui begitu banyak yang menunggumu bahkan orang tuamu sudah mencarikan untukmu. Tapi siapalah aku ini? Mengenal lebih dalam tentangmu saja aku tidak terlalu. Bahkan secara agama? Mungkin jauh dari perempuan-perempuan yang kau kenal. Jadi aku hanya perempuan yang ingin dibimbing ke jalan Alloh karena aku ingin surgaNya bersamamu. Tapi aku sungguh tidak tahu jika kau memilih perempuan sholehah karena wajar bagimu karena kau ku anggap seorang yang putih tanpa cela yang sholeh dan perempuan mana yang akan menolak. Hampir saja aku lupa siapa aku dan siapa kamu pangeran bintang? Jadi mengagumimu itu sungguh indah. Dan merindukanmu itu suatu nikmat tersendiri.

Bahagialah selalu pangeran bintang. Dan cepatlah kembali menulis ayat-ayat indah didinding-dinding mayamu. Aku rindu!

Kediri, 200614
22:45 pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

eits jangan lupa ya komentarnya
*Green Star*