Selamat malam pangeran bintang. Banyak hal
yang selalu aku ungkapkan untukmu. Entah itu cerita gembira, bahagia atau
sedih. Rasanya selalu dan selalu ingin selalu aku ingin ceritakan langsung
padamu. Tapi apa daya, jadi hanya sehalus angin yang menyapaku setiap hari aku
berbicara dengannya.
Sebelum datang senja aku bersama dengan
teman-temanku kesebuah pernikahan teman sekelas. Rasanya sungguh bahagia
melihat orang bahagia, apalagi kalau kita sebagai pelaku bahagia. Sungguh kata
bahagia tidak cukup untuk menggambarkan rasa itu. Tahun ini begitu banyak
undangan pernikahan bahkan satu minggu ada dua undangan pernikahan. Sempat aku
disindir sama bapak, pangeran. Hobi amat kemantenan hahaaa rasanya sungguh geli
mendengar kata-kata itu, sungguh lucu. Bahkan banyak pertanyaan teman-teman
kepadaku, kapan aku menyusul mereka. Dengan ciri yang khas aku tunjukan yaitu
dengan kecerian yang membuat senyum semua orang aku selalu menjawab doakan saja
cepat menyusul. Padahal kau tahu pangeran bintang, bahkan aku tidak tahu siapa
jodohku. Entah denganmu, atau dengan yang lain. Tapi sungguh dari lubuk yang
paling dalam aku hanya ingin bersamamu. Semoga Alloh meridhoi.
Subhanalloh, itu kata yang aku ucapkan ketika
teman-temanku menceritakan bagaimana mereka bisa bertemu dengan pasangannya.
Ternyata sungguh indah pertemuan yang diridhoi Alloh. Dan sungguh menajubkan
cara Alloh mempertemukan sepasang insan manusia. Bagaimana kita tidak bersyukur
dengan hal itu. Jadi teringat surat Ar Rahmaan “maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan?"
Pangeran bintang, setiap malam rasa rindu ini
semakin memuncak. Dengan menulis mungkin bisa meredakan rasa rindu itu. Bahkan
dengan kekuatan rindu sebuah kertas putih terdapat tulisan-tulisan yang
terangkai dengan indah. Seperti ayat-ayat yang kau tulis. Kau tahu pangeran
bintang, untuk mengusir rasa rindu ini aku sering membaca kisah-kisah orang
agar aku termotivasi bahwa rindu itu tidak harus diungkapkan langsung.
Sepatutnya aku harus mengatakan ini, walau
sebenarnya aku tidak ingin membicarakan ini. Pangeran bintang, sampai waktunya
datang aku tidak akan bisa berhenti menulis tentangmu entah itu bagaimana
kondisinya. Seperti diawal kita tidak tahu siapa jodoh kita karena semua sudah
tertulis di lauhul Mahfudz. Tapi disetiap doa namamu sengaja atau tidak sengaja
selalu aku ucapkan. Pangeran bintang, aku tidak tahu akhir kisah cerita ini.
Entah akhirnya aku bisa bersamamu dan benar ternyata kau jodohku atau akhir
cerita ini aku tidak bersamamu. Aku berharap aku bisa menulis dan mengakhiri
kisah ini dengan indah. Berharap kau bisa disisiku menemaniku dan memberikan
tuntunan kepadaku untuk mendapatkan ridhoNya dan bersamamu selamanya. Jika itu
hanya mimpi semoga itu menjadi nyata. Aaamiin..
Bukankah seorang laki-laki yang akan menjadi
imam selalu mencari istri yang sholehah yang sama dengannya. Kalau tidak
bukankah seorang laki-laki mencari seorang istri yang bisa dipimpin dan
dibimbing menuju jalan Alloh dan bisa bersama didunia dan akhirat. Dan kau
pangeran bintang? Aku mengakui begitu banyak yang menunggumu bahkan orang tuamu
sudah mencarikan untukmu. Tapi siapalah aku ini? Mengenal lebih dalam tentangmu
saja aku tidak terlalu. Bahkan secara agama? Mungkin jauh dari
perempuan-perempuan yang kau kenal. Jadi aku hanya perempuan yang ingin
dibimbing ke jalan Alloh karena aku ingin surgaNya bersamamu. Tapi aku sungguh
tidak tahu jika kau memilih perempuan sholehah karena wajar bagimu karena kau
ku anggap seorang yang putih tanpa cela yang sholeh dan perempuan mana yang akan
menolak. Hampir saja aku lupa siapa aku dan siapa kamu pangeran bintang? Jadi
mengagumimu itu sungguh indah. Dan merindukanmu itu suatu nikmat tersendiri.
Bahagialah selalu pangeran bintang. Dan
cepatlah kembali menulis ayat-ayat indah didinding-dinding mayamu. Aku rindu!
Kediri, 200614
22:45 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
eits jangan lupa ya komentarnya
*Green Star*